PMJ
Pimpinan Majelis Jemaat GKPS P Bulan.
Jerjak Iman yang Retak: Menjaga Hati dari Celah Diri Sendiri
“
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” — Amsal 4:23
Di banyak rumah kota besar, jerjak besi dipasang sebagai pelindung. Tampak kokoh, aman, dan memberi rasa tenang. Tapi di satu rumah, terlihat hal yang menarik: jerjaknya kuat, tapi ada tangga permanen yang dipasang dari bawah — memberikan akses langsung bagi siapa pun untuk memanjat dan masuk ke area yang seharusnya terlindung.
LATAR BELAKANG TEKS
Surat Yakobus ditulis kepada orang-orang percaya yang tersebar dan sedang mengalami penindasan, tekanan ekonomi, dan ketidakadilan sosial. Mereka lelah, mereka disakiti, mereka tergoda untuk menyerah, bahkan tergoda untuk berkompromi dengan dosa hanya demi bertahan hidup.
Di tengah penderitaan itu, Yakobus tidak hanya memberi etika hidup (jujur, jangan bersumpah sembarangan, saling mengaku dosa), tapi juga memberikan senjata rohani: doa yang didengar Allah.
LATAR BELAKANG TEKS
Kitab Nehemia terjadi pada masa pembuangan bangsa Yehuda, setelah Yerusalem dihancurkan oleh Babel (586 SM). Kini bangsa itu berada di bawah kekuasaan Persia. Nehemia bukan nabi, bukan imam, bukan raja. Dia "juru minuman raja" Artahsasta (Neh. 1:11) — posisi tinggi, dekat raja, orang istana. Secara manusia: nyaman, mapan, aman.
Diperlengkapi untuk Setiap Perbuatan Baik
Nats: Mazmur 84:1–7 | Tema: Diperlengkapi untuk Setiap Perbuatan Baik
Latar Belakang Teks
Mazmur 84 adalah nyanyian peziarahan dari Bani Korah, kemungkinan dinyanyikan ketika umat pergi ke Yerusalem untuk beribadah pada hari-hari raya. Mazmur ini mengekspresikan kerinduan mendalam akan hadirat Allah, kebahagiaan tinggal di rumah Tuhan, dan perjalanan iman yang mengubah lembah air mata menjadi mata air. Dalam konteks ini, Allah bukan hanya tujuan ziarah, tetapi sumber perlengkapan bagi umat-Nya untuk menjalani dan mengerjakan setiap perbuatan baik.
Diperlengkapi untuk Setiap Perbuatan Baik
Nats: 2 Timotius 3:10–17 | Tema: Diperlengkapi untuk Setiap Perbuatan Baik
Latar Belakang Teks
Surat 2 Timotius adalah tulisan terakhir Rasul Paulus dari penjara di Roma menjelang akhir hidupnya. Ini merupakan pesan perpisahan rohani bagi muridnya, Timotius, gembala muda di Efesus yang menghadapi ajaran palsu dan tekanan pelayanan. Dalam pasal 3, Paulus menasihati agar tetap berpegang pada kebenaran Firman di tengah zaman yang jahat, sebab hanya Firman Allah yang sanggup memperlengkapi orang percaya untuk setiap perbuatan baik.
Fenomena ini sangat umum terjadi di banyak kebaktian anak maupun kebaktian keluarga — dimana, anak-anak kecil berlarian atau bergerak bebas di sekitar orang tua, bahkan saat doa atau pujian sedang berlangsung.
Dari sisi psikologi perkembangan anak usia dini, teologi pastoral, dan pendidikan keluarga Kristen, hal ini perlu dilihat dengan bijak — bukan sekadar “masalah disiplin,” tetapi sebagai proses pembentukan karakter dan spiritualitas dini.
PENDAHULUAN – “WAJAH ALLAH DI BALIK DOA YANG TAK MENYERAH”
Ice Breaker: Pernahkah Saudara menelpon layanan pelanggan, menunggu lama, hampir menyerah—tiba-tiba panggilan diangkat dan masalah selesai? Hidup rohani pun sering terasa begitu. Apakah kita tetap mengetuk saat pintu seolah tak terbuka? Pertanyaan retoris untuk kita: Apakah doa kita masih menyala saat jawaban tampak tertunda?
PENDAHULUAN – “PERJUMPAAN YANG MENGUBAH HIDUP”
Ice Breaker: Pernahkah Saudara mengalami momen di mana hidup Saudara tidak pernah sama lagi setelahnya? Seperti seseorang yang bertemu dengan cinta sejatinya, atau seorang anak yang akhirnya berdamai dengan ayahnya—itulah titik balik.
Nats Utama: Efesus 4:5
“Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.”
Rasul Paulus dengan jelas menegaskan bahwa baptisan adalah satu dan tidak perlu diulang. Baptisan bukan sekadar simbol atau ritual, melainkan meterai kasih karunia Allah bagi orang percaya yang telah lahir baru di dalam Kristus.
1. Baptisan adalah Tanda Karya Kristus yang Sempurna
Nats Utama: Kisah Para Rasul 2:23
“Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”
(Yunani: τοῦτον τῇ ὡρισμένῃ βουλῇ καὶ προγνώσει τοῦ Θεοῦ — touton tē hōrismenē boulē kai prognōsei tou Theou)
Kata “βουλή” (boulē) berarti keputusan atau rencana tetap yang tidak dapat digagalkan. Artinya, penyaliban bukanlah kebetulan, melainkan rencana Allah yang sudah ditetapkan sejak kekekalan.