Baca Juga : https://gkpspadangbulan.com/dasar-pemahaman-kristen/68-baptisan-dan-sidi
1. Keselamatan Dimulai dari Allah: Kasih Karunia yang Mendahului
Dalam teologi Reformasi-Protestan, titik berangkat pemahaman keselamatan adalah bahwa Allah yang memulai, manusia merespons. Keselamatan bukan dimulai dari keputusan manusia, melainkan dari kasih karunia (anugerah) Allah.
Efesus 2:8–9 (TB2):
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah; itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Dalam bahasa Yunani:
- χάριτι (chariti) = kasih karunia (anugerah), menyatakan inisiatif Allah.
- πίστις (pistis) = iman, yang berarti kepercayaan, penyerahan diri, bukan sekadar tahu secara intelektual.
Prinsip teologis penting:
- Kasih karunia mendahului iman (grace precedes faith).
Artinya, manusia tidak harus “siap” atau “mengerti” terlebih dahulu untuk disentuh oleh karya keselamatan Allah. Inilah dasar penting untuk memahami mengapa gereja dapat memberi tanda keselamatan (baptisan) bahkan kepada bayi.
2. Baptisan sebagai Tanda Perjanjian (Covenant Sign)
2.1. Keterkaitan Sunat dan Baptisan
Dalam Perjanjian Lama, tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya adalah sunat, yang diberikan bahkan kepada bayi umur delapan hari. Dalam Perjanjian Baru, tanda perjanjian itu dinyatakan dalam baptisan.
Kolose 2:11–12 (TB2):
“Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa. Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”
Bahasa Yunani:
- περιτομή (peritomē) = sunat
- βάπτισμα (baptisma) = baptisan
Paulus menghubungkan sunat dan baptisan sebagai tanda perjanjian. Jika dahulu bayi menerima tanda perjanjian (sunat), maka tidak asing jika dalam Perjanjian Baru, bayi juga menerima tanda perjanjian (baptisan).
2.2. Perjanjian Allah Bersama Keturunan
Kejadian 17:7 (TB2):
“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.”
Kata Ibrani untuk “keturunan” adalah זֶרַע (zera‘), yang mencakup seluruh keturunan, termasuk anak-anak. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya berurusan dengan individu dewasa, tetapi dengan keluarga dan generasi.
Dengan demikian:
- Baptisan adalah tanda bahwa anak itu termasuk dalam lingkup perjanjian Allah.
- Anak tersebut hidup di bawah janji dan kasih karunia Allah.
- Gereja mengakui bahwa keselamatan dimulai dari inisiatif Allah, bukan dari kemampuan anak untuk mengerti.
3. Baptisan Satu Rumah (Household Baptism) dalam Perjanjian Baru
Perjanjian Baru mencatat beberapa peristiwa di mana satu rumah dibaptis. Secara budaya, “satu rumah” (oikos) mencakup orang tua, anak-anak, bahkan budak atau anggota lain yang tinggal serumah.
- Lidia dan seisi rumahnya – Kisah Para Rasul 16:15
- Penjaga penjara Filipi dan seisi rumahnya – Kisah Para Rasul 16:33
- Krispus dan seisi rumahnya – Kisah Para Rasul 18:8
- Rumah Stefanus – 1 Korintus 1:16
Tidak ada indikasi bahwa anak-anak dikecualikan. Dalam konteks Yahudi dan dunia kuno, “satu rumah” biasanya berarti semua: orang tua, anak-anak, dan anggota lain. Ini sejalan dengan pola Perjanjian Lama, di mana berkat dan tanda perjanjian diberikan kepada keluarga, bukan hanya individu dewasa.
4. Baptisan Bayi dan Teologi Anugerah
4.1. Allah Lebih Dahulu Mengasihi
1 Yohanes 4:19 (TB2):
“Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Bahasa Yunani:
- πρῶτος ἠγάπησεν ἡμᾶς (prōtos ēgapēsen hēmas) = Dialah yang lebih dulu mengasihi kita.
Ini adalah dasar teologis bahwa:
- Relasi kita dengan Allah dimulai oleh kasih-Nya, bukan oleh kesiapan atau keputusan kita.
- Keselamatan tidak bergantung pada usia atau kapasitas intelektual.
- Bayi pun dapat ditempatkan dalam lingkup kasih dan janji Allah.
4.2. Iman Komunitas yang Menopang
Bayi belum mampu beriman secara sadar, tetapi ia dibawa oleh iman komunitas: orang tua, wali baptis, dan jemaat. Ini selaras dengan pola Alkitab.
Markus 2:5 (TB2):
“Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!’”
Perhatikan: Yesus melihat iman mereka (jamak) – yaitu iman orang-orang yang membawa si lumpuh – namun berkat pengampunan diberikan kepada si lumpuh. Demikian pula dalam baptisan bayi: iman orang tua dan jemaat menghadapkan anak kepada anugerah Allah.
5. Baptisan Bayi Tidak Menjamin Keselamatan Otomatis
Gereja Protestan menolak pandangan bahwa sakramen bekerja secara otomatis tanpa iman pribadi (ex opere operato dalam pengertian mekanis). Baptisan, termasuk baptisan bayi, adalah tanda perjanjian dan awal perjalanan iman, bukan “tiket” keselamatan instan.
5.1. Markus 16:16 – Iman dan Baptisan
Markus 16:16 (TB2):
“Barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi barangsiapa tidak percaya akan dihukum.”
Dalam bahasa Yunani:
- ὁ πιστεύσας (ho pisteusas) = “dia yang telah percaya”
- καὶ βαπτισθεὶς (kai baptistheis) = “dan telah dibaptis”
- σωθήσεται (sōthēsetai) = “akan diselamatkan”
Urutannya sangat jelas:
- Iman (percaya)
- Baptisan
- Keselamatan
Ini menunjukkan bahwa:
- Baptisan tanpa iman pribadi tidak menyelamatkan.
- Baptisan bayi perlu diikuti iman yang dewasa ketika anak bertumbuh.
- Sidi/pengakuan iman adalah saat unsur “percaya” dalam Markus 16:16 digenapi.
Bagian kedua ayat itu juga sangat penting:
“... tetapi barangsiapa tidak percaya akan dihukum.”
Yesus tidak berkata: “barangsiapa tidak dibaptis akan dihukum”, tetapi “barangsiapa tidak percaya”. Ini menegaskan bahwa:
- Iman adalah unsur penentu keselamatan.
- Baptisan adalah tanda dan ketaatan, tetapi iman yang menentukan apakah seseorang hidup dalam keselamatan.
Dengan demikian:
- Baptisan bayi = janji keselamatan dan anugerah yang diberikan Allah sejak awal.
- Sidi dan pengakuan iman = iman pribadi yang merespons dan menggenapi tuntutan Markus 16:16.
6. Sidi (Confirmation) sebagai Peneguhan Baptisan dan Respons Iman
Dalam tradisi Protestan yang membaptis bayi, sidi adalah momen ketika seseorang yang telah dibaptis sebagai bayi:
- mengenal Injil dan ajaran iman secara sadar,
- mengaku percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat,
- meneguhkan baptisan yang pernah diterimanya,
- mengambil tanggung jawab pribadi atas imannya.
6.1. Pengakuan Iman (Homologeō)
Istilah “mengaku” dalam Roma 10:9 memakai kata Yunani ὁμολογέω (homologeō): mengakui, menyatakan, menyetujui secara terbuka.
Roma 10:9 (TB2):
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kamu akan diselamatkan.”
Sidi adalah wujud nyata dari:
- “mengaku dengan mulut” – pernyataan iman di hadapan jemaat,
- “percaya dalam hati” – keputusan iman pribadi.
6.2. Dari Iman Komunitas ke Iman Pribadi
Saat bayi, seseorang dibawa oleh iman orang tua dan jemaat. Saat sidi, ia tidak lagi hanya berdiri atas dasar iman orangtuanya, melainkan:
- memiliki iman sendiri,
- mengambil komitmen sendiri untuk mengikut Kristus,
- masuk dalam keanggotaan penuh gereja dengan hak dan tanggung jawab.
7. Bahasa Asli tentang Baptisan dan Anak
7.1. Kata “Baptizo” (βαπτίζω)
Kata Yunani βαπτίζω (baptizō) berarti:
- mencelupkan, merendam,
- memasukkan ke dalam,
- memberi identitas baru melalui tindakan simbolis tersebut.
Secara teologis, ini berbicara tentang:
- masuk ke dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3–4),
- masuk ke dalam komunitas umat Allah,
- dimeteraikan sebagai milik Allah.
7.2. Yesus dan Anak-Anak: “Paidia” (παιδία)
Markus 10:14 (TB2):
“Biarkan anak-anak (παιδία, paidia) itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Yesus bukan hanya tidak melarang anak-anak, Ia justru:
- memanggil mereka datang,
- memberkati mereka,
- menjadikan mereka teladan tentang bagaimana menerima Kerajaan Allah.
Jika Kerajaan Allah terbuka bagi anak-anak, maka tidak bertentangan jika tanda perjanjian Kerajaan itu (baptisan) juga diberikan kepada mereka.
8. Kesimpulan Teologis
- Keselamatan dimulai dari Allah melalui kasih karunia. Manusia merespons dengan iman.
- Baptisan bayi adalah tanda perjanjian dan anugerah Allah yang mendahului, bukan jaminan otomatis keselamatan.
- Markus 16:16 menegaskan bahwa iman dan baptisan berjalan bersama: “Barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan.” Iman tidak boleh diabaikan.
- Sidi/pengakuan iman adalah saat seseorang yang dibaptis sebagai bayi menggenapi unsur “percaya” dalam Markus 16:16 secara pribadi dan sadar.
- Keluarga dan gereja memegang peran penting untuk mendidik anak sehingga janji baptisan yang ia terima sebagai bayi berbuah dalam iman pribadi dan hidup sebagai murid Kristus.
- Baptisan dan Sidi bukan dua hal yang berdiri sendiri, tetapi dua tahap dalam satu perjalanan iman:
- Baptisan: inisiatif dan janji Allah.
- Sidi: respons iman yang sadar dan bertanggung jawab.
Kiranya pemahaman ini menolong gereja, majelis, dan pengajar sidi untuk menjelaskan dengan jernih bahwa tradisi baptisan bayi bukan sekadar kebiasaan, tetapi berakar kuat dalam teologi anugerah dan perjanjian Allah sebagaimana disaksikan oleh Kitab Suci.
Disusun : St. Jesri HT Purba